Resensi Buku
Posted by
Nama
: Awaludin
Nim
:09410074
Tugas : pengembangan budaya
dan seni dalam PAI
Kelas
:
C
Judul
buku :
konstelasi pemikiran pedagogik Ibnu
Khaldun perspektif pendidikan modern
Penulis
: Prof.Dr.H .Warul walidin
AK,M.A.(edisi revisi )
Penerbit :
taufiqiyah sa’adah banda aceh &
seluruh press Yogyakarta
Cetakan
bln/Tahun :I ,Agustus 2003
:II(edisi revisi),November 2005
Tebal
/ halaman : 12 mm./230 hlm.
ANALISIS PEMIKIRAN
PEDAGOGIK IBNU KHALDUN DALAM PERSPEKTIF MODERN
Dalam memenuhi tugas pengembangan
budaya dalam pembelajaran pai, penulis selalu merasa kesulitan dalam menemukan
buku yang menurut penulis yang dapat di jadikan sebagai buku resensi yang harus
di baca , namun ketika penulis mencoba membaca buku yang sekarang penulis akan
paparkan sedikit isi buku yang menurut penulis sangat menarik untuk di
ungkapkan lebih lebih dalam menyikapi pendidikan yang semakin hari semakin
hangat di perbincangkan oleh semua kalangan umat manusia.
Maka sangat penting untuk penulis paparkan
keterkaitan antara manusia dengan pendidikan yang menurut buku yang penulis
baca dari buku nya ibnu khaldun yang di jadikan sebagai acuan dalam pendidikan
dari Zaman klasik sampai zaman kontemporer saat ini. Penulis dapat menyimpulkan
tulisan dan pendapat ibnu khaldun pada halam. 122samapai halaman seterusnya ,
Setiap pemikiran mempunyai segi
kekurangan di samping itu juga memilki kelebihan atau kekuatan , demikian juga
terhadap pemikiran ibnu khaldun yang terkait dengan pendidikan yang menjadi poko
permasalahan yang akan di bahas oleh penulis saat ini, namun pemikiran ibnu
khaldun menurut penulis memberi sumbangan terhadap dunia pendidikan pada saat
ini lebih lebih terhadap kemajuan pendidikan islam saat ini. Ibnu khaldun
selalu memberikan persepektip yang baru dalam dunia pendidikan di saat ini
dengan mencoba memandang dunia pendidikan yang tidak terpisahkan dari factor
factor yang mempengaruhinya. Khusus nya di dunia islam dan barat. Hal inilah yang menurut penulis
hal ini akan nyata setelah melalui analisis pemikiran dalam persepektif dunia
modern dan pendidikan kontemporer . ibnu khaldun memilki konsep pendidikan yang
global akan tetapi mendasar. Pemikiran nya dalam menganalisis dalam kaitan
dengan kehidupan dengan peradaban yang aktual dan selalau sejalan dengan
pendidikan zaman modern.
Manusia dalam
perspektif pedagogik
Teori teori pedagogik yang termasuk dalam khasanah dunia
pendidikan islam lahir dari peredaban barat ,maka terlahir kerengka pikir (mode
of thought) ,oleh karna nya sangat mungkin
mengandung bias bias ketika memakainya kepada masyarakat indonesia dengan
bentuk budaya yang berbeda. Maka di dalam bukunya ibnu khaldun mencoba untuk
menyadarkan bahwasanya akan terjadi kepincangan dalam dalam pendidikan yangdi
anut oleh orang orang indonesia , maka dengan adanya hal yang seperti ini
menurut penulis dengan mengkaji pemikiran ataupun membca pemikiran ibnu khaldun
yang terkait dengan pendidikan kontemporer cukup relevan.
Sedangkan
menurut Al- Attas setiap manusia tak ubahnya seperti miniatur kerajaan ,
representasi mikrokosmos (alam shagir) dari makrokosmos (al –alamul khabir) ia
seorang penghuni di atas polis (madinah) dirinya sendiri.di mana di tempat itu
dia melaksanakan Din nya, dimana karna tujuan pendidikan islam bertujuan untuk
menjadikan manusia yuang baik. Seorang pemikir muslim yang pertama menggagas
dasar pemikiran pendidikan islam yang
berdasarkan al-quran ,bahwa manusia adalah jagat macrocosmos adalah
ja’far as- sidiq (w.148 H.) yang di mana gagasan ini di lanjutkan oleh ikhwan
al-safa dan para filosof yang intinya adalah di dalam manusia tersapat sesuatu
yang kecil tapi di dalam dirinya itu
tergambar sesuatu yang besar.
Sedangkan
menurut ibnu khaldun ,sebagai mana yang telah di uraikan pada bagian
pendahualuan yang mengasumsikan bahwa manusia itu punya relevansi hanya dalam
konteks ijtima’ (kehidupan bersama) yang tepatnya bisa di sebut sebagai
kehidupan bermasyarakat. Karna menurut pandangan nya manusia adalah yang
terlibat secara niscaya dalam aktiviatas kehidupan sehari hari , baik secara
persoanal maupun komunal.
Maka
yang di gunakan pada pendekatan ini adalah berbicara tentang intraksi dengan
sesama dan lingkungannya yang dimana kemudian menghasilkan peradaban. (umran
civilization) dan kebudayaan (tamaddun culture) dengan adayan pendapat dari ibnu
khaldun.menurut penulis sangat perlu dan penting kita mengetahui bahwa dengan
terbentuknya sebuah budaya dan seni tidak terlepas dari sebuah teori yang
pernah di gagas oleh ibnu khaldun pada saat itu dan sampai sekarang bisa di
jadikan konsep yang sangat relevan di zaman yang kontemporer di zaman sekarang
ini. Di antaranya :
a.
Kebudayaan tidak
bisa di pisahkan dari manusia, karena
kebudayaan dan peradaban adalah konsekuensi logis dan aktivitas manusia.
Kebudayaan mengacu pada masyarakat. Bagi ibnu khaldun hubungan antara individu
dan masyarakat mempunyai kemungkinan yang tidak terbatas. Di sebabkan karna
masyarakat adalah sebuah unit yang tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan
sehari hari dan dapat berubah –ubah secara terus menerus.dengan adanya hubungan
timbal balik dari masyarakat karna di mana manusia adalah sebuah produk
masyarakat, namun dengan demikian dengan bersamaan manusia membentuk
masyarakat.
b.
Hubungan
fungsional.yang di man di lukiskan oleh ibnu khaldun tersebut menunjukan bahwa
manusia dapat menata hidupnyadengan lebih baik melalui pengalaman dan
pendidikan dalam tatanan masyarakat.jadi dalam berfikir fungsional ini
kebudayaan tidak lain hanyalah bagaimna agar masyarakat isa mengikpresikan
dirinya dengan cara mencari relasi yang tepat dengan dunia sekitarnya.
c.
Manusia sebagai
sentral budaya karna manusia memiliki peran di dlam peradaban, dengan melalui
seni dan budaya manusia menurut ibnu khaldun harus mampu menyalurkan relasi
relasi itu secara optimal yang tentunya harus sesuai dengan budaya yang ada
untuk memasuk kan nilai nilai moral maupun relegiusitas kepada masyarakat di
sekitarnya.
d.
Manusia yang dengan
segenap potensi fisiologik dan psikologik hidup dan berhubungan paling tidak dalam
dua realitas. Struktur manusia terdiri dari dua dimensi yang di man dimensi
pertama adalah dunia ragawi dan yang kedua adalah dunia spritual.
Menurut Ibnu Khaldun menyatakan
bahwa ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat
pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam
kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif yang
lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan
kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala
sosial yang menjadi ciri khas jenis insani. Di dalam kitab Muqaddimahnya Ibnu
khaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas, ia hanya memberikan
gambaran-gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibnu Khaldun bahwa:
Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terdidik oleh zaman,
maksudnya barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan
pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para
sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya
dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman,
zaman akan mengajarkannya.
g.
Dari pendapatnya ini dapat diketahui
bahwa pendidikan menurut ibnu Khaldun mempunyai pengertian yang cukup luas.
Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh
empat dinding, tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia secara
sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang
zaman. Menurut Ibnu Khaldun bahwa secara esensial manusia itu bodoh, dan
menjadi berilmu melalui pencarian ilmu pengetahuan. Alasan yang dikemukakan
bahwa manusia adalah bagian dari jenis binatang, dan Allah SWT telah membedakannya
dengan binatang dengan diberi akal pikiran. Kemampuan manusia untuk berpikir
baru dapat dicapai setelah sifat kebinatangannya mencapai kesempuranaan, yaitu
dengan melalui proses; kemampuan membedakan. Sebelum pada tahap ini manusia sma
sekali persis seperti binatang, manusia hanya berupa setetes sperma, segumpal
darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa mentalnya. kemudian Allah
memberikan anugerah berupa pendengaran, penglihatan dan akal. Pada waktu itu
manusia adalah materi sepenuhnya karena itu dia tidak mempunyai ilmu
pengetahuan. Dia mencapai kesempurnaan bentuknya melalui ilmu pengetahuan yang
dicari melalui organ tubuhnya sendiri. setelah manusia mencapai eksistensinya,
dia siap menerima apa yang dibawa para Nabi dan mengamalkannya demi akhiratnya.
Maka dia selalu berpikir tentang semuanya. Dari pikiran ini tercipta berbagai
ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian. Kemudian manusia ingin mencapai apa
yang menjadi tuntutan wataknya; yaitu ingin mengetahui segala sesuatu, lalu dia
mencari orang yang lebih dahulu memiliki ilmu atau kelebihan. Setelah itu
pikiran dan pandangannya dicurahkan pada hakekat kebenaran satu demi satu serta
memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang berguna bagi esensinya.
Akhirnya dia menjadi terlatih sehingga pengajaran terhadap gejala hakekat
menjadi sebuah kebiasaan (malakah) baginya. Ketika itu ilmunya menjadi suatu
ilmu spesial, dan jiwa generasi yang sedang tumbuh pun tertarik untuk
memperoleh ilmu tersebut. Merekapun meminta bantuan para ahli ilmu pengetahuan,
dan dari sinilah timbul pengajaran. Inilah yang oleh Ibnu Khaldun dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan merupakan hal yang alami di dalam peradaban manusia.
Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun, bahwa di dalam Muqaddimahnya ia
tidak merumuskan tujuan pendidikan secara jelas, akan tetapi dari uraian yang
tersirat, dapat diketahui tujuan yang seharusnya dicapai di dalam pendidikan.
Dalam hal ini al-Toumy mencoba menganalisa isi Muqaddimahnya dan ditemukan
beberapa tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dijelaskan menurutnya ada enam
tujuan yang hendak dicpai melalui pendidikan, antara lain:
1.
Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan, yaitu dengan mengajarkan syair-syair
agama menurut al-Quran dan Hadits Nabi sebab dengan jalan itu potensi iman itu
diperkuat, sebagaimana dengan potensi-potensi lain yang jika kita mendarah
daging, maka ia seakan-akan menjadi fithrah.
2.
Menyiapkan sesorang dari segi akhlak. Hal ini sesuai pula dengan apa yang
dikatakan Muhammad AR., bahwa hakekat pendidikan menurutIslam sesungguhnya
adalah menumbuhkan dan membentuk kepribadian manusia yang sempurna melalu budi
luhur dan akhlak mulia.
3.
Menyiapkan sesorang dari segi kemasyarakatan atau sosial.
4.
Menyiapkan sesorang dari segi vokasional atau pekerjaan. Ditegaskannya tentang
pentingnya pekerjaan sepanjang umur manusia, sedang pengajaran atau pendidikan
menurutnya termasuk di antara ketrampilan-ketrampilan itu.
5.
Menyiapkan sesorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran sesorang dapat
memegang berbagai pekerjaan atau ketrampilan tertentu.
6.
Menyiapkan sesorang dari segi kesenian, di sini termasuk musik, syair, khat,
seni bina dan lain-lain.
Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan bukan hanya
bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan
keahlian. Dia telah memberikan porsi yang sama antara apa yang akan dicapai
dalam urusan ukhrowi dan duniawi, karena baginya pendidikan adalah jalan untuk
memperoleh rizki. Maka atas dasar itulah Ibnu Khaldun beranggapan bahwa target
pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja,
karena dia memandang aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan
kematangan individu. Karena kematangan berpikir adalah alat kemajuan ilmu
industri dan sistem sosial. Dari rumusan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun
menganut prinsip keseimbangan. Dia ingin anak didik mencapai kebahagiaan
duniawi dan sekaligus ukhrowinya kelak. Berangkat dari pengamatan terhadap
rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun, secara jelas kita
dapat melihat bahwa ciri khas pendidikan islam yaitu sifat moral religius
nampak jelas dalam tujuan pendidikannya, dengan tanpa mengabaikan
masalah-masalah duniawi. Sehingga secara umum dapat kita katakan bahwa pendapat
Ibnu Khaldun tentang pendidikan telah sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
Islam yakni aspirasi yang bernafaskan agama dan moral.
Terimakasih