Nama/NIM : Ridwan Vendi Anggara (09410024)
Judul Buku : Kritik Seni; wacana, apresiasi
dan kreasi
Pengarang : Dr. Nooryan Bahari, M.Sn.
Penerbit : Pustaka Pelajar
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2008
Jumlah halaman : vii
dan 198 halaman
KRITIK SENI; WACANA, APRESIASI DAN KREASI
A.
Pendahuluan
Kata “kritik” seringkali diartikan
sebagai sesuatu yang negative, tetapi yang dimaksud dengan kritik dalam buku
ini adalah mengevaluasi dan meneliti karya seni atau literature dengan tujuan
memahami latar belakang dan pesan yang disampaikan melalui karya seni tersebut.
Fungsi kritik seni ini adalah jembatan informasi terhadap karya seni dan
penumbuh apresiasi dan tanggapan. Unsure-unsur kritik seni ada deskripsi,
analisis formal, interpretasi, dan evaluasi atau penilaian.
Factor yang mempengaruhi karya seni
ada factor ekstraestetik, yakni factor di luar bentuk fisik, seperti social,
budaya, religi, pendidikan, dll, dan juga ada factor intraestetik, yakni nilai
estetik yang ada dalam bentuk fisik. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan oleh
para kritikus melalui pendekatan formalism ini antara lain aspek ide, tema,
teknik pengolahan material, prinsip penyusunan atau pengorganisasian dalam mengelola
kaidah estetis, keunikan bentuk, gaya perseorangan, kreativitas dan inovasi.
B.
Kebudayaan Dan
Kesenian
Kebudayaan merupakan symbol khas
kelompok manusia yang terbentuk dari keseluruhan pola tingkah laku, baik
eksplisit maupun implicit. Kebudayaan juga merupakan keseluruhan pengetahuan,
kepercayaan, dan nilai manusia itu sebagai makhluk social. System makna ini
digunakan masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, pedoman sikap,
melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bertindak untuk memenuhi
kebutuhannya.
Kebutuhan manusia yang integrative
salah satunya adalah menikmati, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan
keindahan. Hal ini muncul karena sifat dasar manusia untuk mengungkapkan jati
dirinya sebagai makhluk yang bermoral, berselera, berakal, dan berperasaan. Kesenian
menjadi produk estetik yang integral dari kebudayaan. Sehingga kesenian
merupakan unsure pengikat yang mempersatukan pedoman bertindak yang berbeda
menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh, dan operasional, serta dapat
diterima sebagai sesuatu yang bernilai.
C.
Seni Dan Seni
Rupa
Menurut Padmapuspita, seni berasal
dari bahasa Belanda genie, artinya suatu ketrampilan yang diperoleh dari
pengalaman, belajar, atau pengamatan. Seni juga berarti sebagai pengetahuan
budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan, serta suatu pekerjaan yang membutuhkan
pengetahuan atau ketrampilan dan imajinasi kreatif.
Keberadaan seni rupa karena
tampilnya unsur-unsur rupa atau unsur visual yang dapat dilihat secara fisik.
Karya seni rupa dapat digolongkan dari berbagai sudut pandang, seperti sudut
pandang fungsi atau kegunaannya, dimensi, medium yang digunakan, gaya
penciptaan, dan aspek kesejarahannya.
Dari sudut pandang fungsi atau
kegunaannya, karya seni terbagi menjadi seni murni (fine art), seni
terapan (applied art), dan seni kria (craft).
·
Seni murni
adalah seni yang diciptakan khusus untuk mengkomunikasikan nilai estetis dari
seni itu sendiri.
·
Seni terapan
atau sering disebut design, menurut morris dan Ruskin adalah paduan antara seni
dan ketrampilan.
·
Seni kria
merupakan karya seni rupa Indonesia asli yang berakar kuat, unik dan eksotis.
Seni kria saat ini terletak pada daerah abu-abu antara seni murni dan terap.
D.
Elementer Kesenirupaan
Dasar kesenirupaan yang diperlukan
dalam kritik seni adalah pengetahuan tentang medium seni tersebut, meliputi
isi, tema, maupun bahan baku pembuatan karya seni. Latar belakang budaya dan
sejarah adalah modal penting dalam kritik seni. Melalui pengenalan sejarah,
kritikus akan mengetahui cara pengungkapan batin untuk menilai dan
memperhitungkan perkembangan seni ke depan.
Berdasarkan bentuk dan dimensinya,
terdapat karya seni yang dua dimensi dan tiga dimensi. Karya seni dua dimensi
yang bersifat datar, memanfaatkan ilusi perspektif dari hasil perpaduan gelap
terang, garis, dan warna. Melalui perpaduan unsur, pikiran, dan perasaan ini
mampu diperoleh efek psikoligis bagi yang menikmatinya.
Teori symbol (semiotika) adalah
salah satu pendekatan dlam memahami seni rupa. Melalui symbol ini karya seni
dapat berisi pesan, dan perasaan misteri sebagai media komunikasi.
E.
Corak Dan Gaya
Seni
Mengetahui aliran-aliran seni sangat
penting dalam kritik seni guna memahami kecenderungan isi dan tema karya seni.
Gaya barok timbul akibat reformasi agama katolik. Gaya ini memfusikan seni
arsitektur, lukisan dan patung. Gaya ini mengsubordinasikan pada concetto atau
tema untuk membangkitkan tanggapan emosional apresiator sebagai subyek karya
seni.
Gaya rococo ditandai dengan
keringanan, kerapian, rahmat, dan suatu penggunaan yang berlebihan dari
membengkok, format alami dalam barang perhiasan. Gaya naturalism dilukiskan
segala sesuatu sesuai dengan keadaan alam, sebagaimana tangkapan mata. Gaya
realism cenderung melukiskan kenyataan pahit dari kehidupan manusia.
Romantisme adalah gaya seni yang
menitikberatkan pada curahan perasaan, reaksi emosional terhadap fenomena alam,
dan penolakan terhadap realism. Karya impressionisme, adalah karya seni yang
ingin mengungkap kesan sesaat terhadap subyek karya. Ekspresionisme
mengutamakan curahan batin seniman itu sendiri secara bebas. Gaya kubistis
menekankan pada wujud bersegi-segi dan berkesan monumental, terutama untuk seni
patung.
Futurism adalah suatu gerakan seni
di italia yang menghubungkan seni dengan kecepatan mesin dan waktu yang
memposisikan pengamat di tengah-tengah gambar. Aliran dadaisme bersifat anti
seni, anti perasaan, dan cenderung merefleksikan kekerasan. Surealisme berusaha
membebaskan diri dari control kesadaran, seperti orang bermimpi. Abstraksionisme
berusaha menggali suatu kenyataan yang ada dalam batin para seniman dalam
bentuk fantasi, imaji kreatif, intuisi.
Seni rupa Indonesia modern lahir
bersamaan dengan persagi (persatuan ahli gambar Indonesia) tahun 1937. Tapi
sekitar satu abad yang lalu, Indonesia memiliki Raden Saleh Syarif Bastaman (1814-1880)
yang belajar melukis di eropa. Setelah pascamodernisme, Indonesia perlu
menggali identitas khas budaya di tiap daerah agar tidak tergerus dengan
identitas nasional yang merebak.
F.
Apresiasi Dan
Evaluasi
Apresiasi seni adalah suatu proses
sadar yang dilakukan seseorang dalam menghadapi dan memahami karya seni.
Mengapresiasi berarti menafsirkan makna yang terkandung dalam karya seni.
Kritikus atau pengamat seni harus mengenal aspek-aspek dasar dalam seni seperti
yang telah disebut pada bab pendahuluan. Penikmatan karya seni ini merupakan
proses dimensi psikologis, interaksi, relatifitas pemahaman yang tergantung
dari intelektual dan latar belakang budayanya. Penghayat harus obyektif, mampu
membuat ukuran, memfokuskan perasaan, dan memproyeksikan tanpa pengaruh unsure
pribadi dengan segala kemampuan imajinasi dan kreativitasnya.
G.
Kriteria Dan
Tipe Kritik
Standar kesenian masa lalu tidak
bisa diterapkan untuk masa kini karena setiap karya mempunyai ukuran yang
berbeda. Penilaian karya seorang seniman, haruslah dikaitkan antara seniman dan
standar jamannya. Ukuranpenilaian karya, pertama pada objeknya. Ketika akan
menilai harus melepas segala ajaran penilaian dan estetika yang pernah
diterima, menyisihkan prasangka dan pikiran sebersih mungkin. Kemudian dalam
kekosongan diri tersebut, kita pandang karya seni tersebut menampakkan diri
secara utuh kapada diri kita. Kita mencoba menangkap segala informasi pada
karya tersebut hingga pada yang “sebenarnya”.
Metode dalam menemukan “seberarnya”
ini ialah dengan menyisihkan informasi yang tidak diperlukan. Ada dua
kecenderungan dalam penentuan ukuran seni, pertama adalah factor wujud (form)
sehingga disebut formalism. Dan kedua adalah factor ide dan ekspresi, sehungga
disebut ekspresivisme.
Ada pula yang memandang karya seni
sebagai alat atau instrument, dan ukuran seni dipandang dari kegunaannya.
Perbedaan macam-macam kritik ini terletak pada cara menimbang yang dipakai.
Feldman memandang kritik cenderung pada “oleh dan untuk siapa” kritik seni
tersebut ditulis atau diberlakukan, dengan membedakannya sebagai kritik
jurnalistik, kritik pedagogic, kritik ilmiah, dan kritik popular.
Kelebihan buku:
1.
Buku ini
mencoba meluruskan pandangan orang mengenai arti sebuah kritik.
2.
Buku ini juga
memberi informasi mengenai apa yang harus diperiapkan dan dilakukan dalam
mengkritisi karya seni.
3.
Buku ini
memberi informasi berbagai macam aliran dalam karya seni.
4.
Buku ini juga
memberikan metode dan cara mengapresiasi serta jenis kritik yang pantas untuk
karya seni.
Kelemahan buku:
1.
Tidak
memberikan contoh aliran-aliran seni tersebut seperti gambar atau sejenisnya.
2.
Sejarah seni
Indonesia dan ulasannya sangat sedikit, sehingga sulit membayangkan
perkembangan kondisi seni Indonesia sekarang ini.
3.
Sebagai
mahasiswa PAI, buku ini kurang dalam informasi tentang seni-seni islam dan
penerapannya dalam pembelajaran, jadi hanya mengulas bagaimana bersikap dalam
mennilai sebuah karya seni.
3 komentar:
good job Mas Ridwan, lbh optimal lg bila setiap point menarik diberikan end note halaman buku yg direview.
saya kira buku ini bagus untuk memberikan arahan tntang kritik itu snediri,
krn slama ini memang kritik diartikan sebagai sesuatu yang negatif.
Posting Komentar