NAMA : AZIIZAH NUUR RAHMAH
NIM : 09410141
BAB I
PENDAHULUAN
Buku yang berjudul Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia yang ditulis olehProf, Dr. H.A.R. TILAAR, M.Sc.Ed. Membahas tentang pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani yang ada di Indonesia. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dan berkebudayaan dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia yang madani. Karena pendidikan memegang peran strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Kebudayaan adalah jiwanya suatu masyarakat, karena kebudayaan itulah yang menghidupi masyarakat dengan nilai-nilai yang dimilikinya, nilai tersebutlah yang mengarahkan kehiduoan masyarakat menuju era modern atau masa depan. Untuk membentuk pribadi yang dinamis berkebudayaan maka perlu adanya pendidikan. Sehinga lembaga-lembaga enidikan saat in menjadi arena perebutan pengaruh dari kelompok-kelompok masyarakat untuk kepentingan kelompoknya.
Di dalam buku ini meneyebutkan hubungan antara pendidikan, masyarakat, kebudayaan, yang merupakan suatu tripartit tunggal dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Lalu apakah pendidikan kita telah mencakup nilai-nilai kehidupan bersama dalam masyarakat tentu kita akan mengetahuinya saat membaca buku ini melalui pendekatan-pendekatan pendidikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Isi Buku
Di dalam buku ini membahas mengenai hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, pendidikan dalam kebudayaan, kebudayaan dalam pendidikan, pendidikan kebudayaan, kebudayaan pendidikan, manusia berpendidikan dan manusia berbudaya, masyarakat madani indonesia,dan pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia.
1. BAB 1
Mengenai hakikat pendidikan dapat deketahui melalui dua pendekatan yaitu pendekatan epistemologi dan ontologi. Pada pendekatan epistemologi pendidikan lebih detekankan pada akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Sedang pendekatan ontologi atau metafisika hakikat pendidikan lebih ditekankan pada keberadaan, atau berkenaan dengan hakikat manusia. Selain kedua pendekatan tersebut pendekatan hakikat pendidikan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu pendekatan reduksionisme dan holistik integratif.
Dari pendekatan reduksional muncul beberapa teori yang biasa kita dengar yaitu pedagodis, filosofis, religius, psikologis, negativis, dan sosiologis. Dalam pendekatan ini hakikat pendidikan ialah bahwa pendidikan tidak dapat dikucilkan dari proses pemanusiaan. Sedang menurut pendekatan holistik integratif hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eeksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang beerdimensi lokal, nasional dan global.
2. BAB 2
Pada bab ini menjelaskan mengenai hakikat budaya, menurut para ahli antropologi atau lebih dikenal sebagai pakar etnologi, beranggapan bahwa kebudayaan manusia berkembang dari bentuk primitif kepada bentuk yang modern. Pada bab ini hakikat kebudayaan didefinisikan oleh berapa ahli yaitu;
a. Edward B. Tylor bahwa hakikat kebudayaan adalah adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat, dan adanya proses permanusiaan yang didalamnya terdapat suatu visi tentang kehidupan.
b. Ki Hajar Dewantara, hakikat kebudayaan diartikan sama seperti hakikat kebudayaan nasional atau dikenal dengan konsep Trikon. Hakikat kebudayaan nasional yaitu kebudayaan yang timbul sebagai usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.
c. Koentjaraningrat, hakikat kebudayaan yaitu keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
3. BAB 3
Mengenai pendidikan dalam kebudayaan, peranan pendidikan dalam kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Peranan pendidikan dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata di dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan. Menurut Ki Hajar Dewantara pentingnya pendidikan di dalam kebudayaan dapat dilihat dari sistem amogyang berisi mengajar dan mendidik. Maksudnya adalah lembaga pendidikan itu tidak hanya bertugas mengajar untuk menjadikan orang pintar, pandai dan cerdas saja, akan tetapi juga mendidik budi pekertinya agar beradab dan bersusila. Dalam proses pembudayaan tersebut meliputi: penemuan dan invesi;digusi; akulturasi; asimilasi; inovasi; fokus; krisi; dan visi mas depan.
4. BAB 4
Kebudayaan dalam pendidikan, pada bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana peran pendidikan pada kebudayaan bahwa tanpa proses pendidikan kebudayaan tidak akan berkembang. Lalu bagaimana kebudayaan dalam pendidikan, pada bab ini menjelaskan bahwa sesungguhnya kebudayaan hanya diartikan secara sempit yaitu hanya sebagai kesenian, tari-tarian, seni pahat, seni batik dan sebagainya. Menurut Ki Hajar Dewantara kebudayaan merupakan dasar praksis pendidikan maka bukan saja seluruh proses pendidikan berjiwakan kebudayaan nasional, tetapi juga seluruh unsur kebudayaan harus diperkenalkan dalam proses pendidikan.
5. BAB 5
Pendidikan kebudayaan, dalam hal ini pendidikan nasional haruslah dilandsi oleh kebudayaan nasional, seperti dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan nasional memerlukan program-progran khusus yang perlu dilaksanakan bukan saja untuk menunjukkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional, tetapi juga kebudayaan nasional perlu diwujudkan atau dikembangkan melalui pendidikan nasional. Dengan kata lain perlu ada program pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan perlu diprogramkan melalui proses pendidikan untuk dipelihara, dikaji, dan dikembangkan.
6. BAB 6
Kebudayaan pendidikan (educational culture) merupakan gagasan, konsep yang mendasari praksis pendidikan. Kebudayaan pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan khususnya filsafat, ilmu pengetahuan, adatistiadat dan cara hidup lainnya. Sebagai aspek dari keseluruhan kebudayaan maka kebudayaan pendidikan juga mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
7. BAB 7
Manusia berpendidikan dan manusia berbudaya. Ada pakar yang menganggap kedua konsep tersebut sama artinya yaitu bahwa manusia yang berpendidikan sama artinya dengan manusia berbudaya. Rumusan itu benar karena lahir dari pengertian bahwa pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Ada sementara pakar termasuk penulis sendiri yang membedakan kedua pengertian tersebut. Manusia berpendidikan diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan. Seorang yang disebut berbudaya (civilized) adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup didalam kebudayaan tersebut.
8. BAB 8
Masyarakat madani mempunyai muatan nilai universal dan sekaligus juga nilai partikular yang dinyatakan di dalam masing-masing kebudayaan masyarakat. Kedua unsur tersebut mewujudkan diri pada setiap individu dalam masyarakatnya. Gerakan untk membentuk masyarakat madani berkaitan dengan proses demokratisasi.perwujudan kehidupan demokratis untuk setiap bangsa mempunyai ciri-ciri tertentu disamping ciri-ciri universal. Salah satu ciri dari kehidupan bermasyarakat Indonesia adalah kebhinnekaan dari bangsa Indonesia.
9. BAB 9
Secara definisi sebenarnya tidak ada pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia. Oleh karena pendidikan merupakan bagian yang integral dan kegiatan resiprokal dari masyarakat dan kebudayaannya, maka yang lebih tepat ialah pendidikan dalam masyarakat madani Indonesia. Pendidikan dalam masyarakat madani indonesia tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak dan kewajiban perorangan didalam masyarakat. Dalam masyarakat yang demokratis, hak-hak dan kewajiban tersebut merupakan batu landasan dari masyarakat. Masyarakat demokratis hanya ada apabila hak-hak dan kewajiban warga negaranya diakui, dikembangkan dan dihormati. Lembaga-lembaga kehidupan (pranata-pranata sosial) berfungsi untuk menghormati dan mengembangkan hak-hak demokrasi tersebut. Proses pendidikan didalam masyarakat demokratis tersebut mengakui adanya identitas masyarakat atau bangsa Indonesia yang berbudaya. Pengembangan pribadi didalam masyarakat yang berbudaya, baik lokal, nasional maupun budaya global, tidak dapat terelakkan lagi dalam kehidupan global adad 21.
Dalam buku ini yang menarik bgi saya adalah pendekatan dari pendidikannya yaitu dari pendekatan reduksional dan pendekatan holistik intergratif, dari kedua pendekatan tersebut muncul teori-teori mengenai pendidikan. Terutama pada pendekatan reduksional didalamnya kita dapat menemukan pendekatan ata teori pedagogis, filosofis, riligius, psikologis, negativis, dan sosiologis. Yang mana seharusnya keenam teori tersebut mengandung unsur yang memanusiakan manusia akan tetapi tidak.
Dari pendekatan psikologis yang mana terdapat kelemahan dan kelebihan, kelebihan menghormati perkembangan anak. Kelemahannya adalah anak seakan-akan diisolasikan dari kehidupan bersama dalam masyarakat. Karena pedagogis melahirkan child centered education yang cenderung melupakan bahwa anak hidup di dalam suatu masyarakat tertentu dan mempunyai cita-cita hidup yang tertentu pula.
Pendekatan fisiologis, dalam pendidikan pendekatan ini melihat bahwa ilmu pendidikan yang melihat anak sebagai titik tolak proses pendidikan. Kelebihannya adalah memberikan tanggung jawa seorang manusia sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dan pendidikannya. Pendidikan individu akan berlaku seumur hidup terus-menerus (education for life).
Pendekatan religius, hakikat pendidikan menurut pendekatan ini adalah membawa peserta didik menjadi manusia yang religius dan sesuai harkatnya. Yang berarti pendidikan agama adalah pendidikan yang sentral atau utama. Pendidikan seharusnya bukan hanya berfungsi untuk kehidupan akhirat saja tetapi juga untuk meningkatkan mutu kehidupan duniawi yang aman dan adil.
Pendekatan psikologis cenderung mereduksi ilmu pendidikan menjadi ilmu proses belajar dan mengajar. Proses pendidikan bukanlah sebatas belajar dan mengajar mata pelajaran yang tercantum di dalam kurikulum saja. Tetapi lebih dari yang tercantum di dalam kurikulum.
Pendekatan negativis, bahwa tugas pendidik tidak lebih dari seorang penjaga tanaman yang menghindarkan tanaman tersebut diganngu hama. Kelemahannya adalah anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, dan berpandangan bahwa pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian peserta didik atau membudayakan individu. Dalam hal ini pengembangan kepribadian anak implisit melindungi anak dari hal-hal yang negatif yang dapat menghalangi perkembangan kepribadiannya. Seharusnya sebagai seorang pendidik kita memberikan kepercayaan kepada kemampuan anak didik agar semakin lama semakin bertanggung jawab dan menentukan arah perkembangan kepribadiannya itu.
Pendekatan sosiologis, bahwa hakikat pendidikan adalah pendidikan bertujuan untuk keperluan hidup bersama dalam masyarakat. Segala sesuatu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan. Menurut Paulo Freire hakikat pendidikan berdasarkan pendekatan ini ialah sebagai pembebasan manusia dari berbagai penindasan. (19-27)
B. Manfaat
Dalam buku ini kita dapat mengetahui bagaimana pendidikan yang seharusnya agar memanusiakan manusia. dan mengenai pentingnya pendidikan dalam kebudayaan begitu juga bagaimana pentingnya kebudayaan yang akan membentuk pendidikan yang berkepribadian dalam rangka memciptakan masyarakat madani Indonesia sebuah masyarakat yang paripurna yang dicita-citakan bersama. Jika pendidikan dan kebudayaan saling memperkuat saling ketergantungan secara positif, maka akan tercipta masyarakat madani Indonesia yang bercirikan seperti adanya kesukarelaan, keswasembadaan, kemandirian tinggi terhadap negara dan keterkaitan pada nilai-nilai hukuam yang disepakati bersama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan merupakan suatu tripartit tunggal dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat menyediakan saran, dan proses pendidikan merupakankegiatan ntuk meestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Dengan demikian, pendidikan tidak dapat lepas dari kebudayaan dan masyarakat sebagai pemilik kebudayaan itu. Kebudayaan nasional Indonesia, haruslah menjadi dasar pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan nasional hanya dapat hidup dalam realitas kehidupan masyarakat kita yang bhinneka.
1 komentar:
gak bisa kebaca tu,..
Posting Komentar