TUGAS RESENSI BUKU
Posted by
Nama :
Ika Agung Sulistyowati
NIM :
09410103 / 20
Review Buku
Judul Buku :
Paradigma Kebudayaan Islam
Pengarang :
Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit :
Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Tahun Terbit :
1996
Tebal Buku :
202 halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Dramawan , penyair dan budayawan
terkenal W.S. Rendra, pada tahun 1971 memberikan orasi atau khutbah kebudayaan
di Masjid IAIN Yogyakarta. Ada tiga poin
dalam orasinya yaitu yang pertama umat Islam tidak hadir secara fungsional
dalam tata kehidupan masyarakat. Yang kedua umat Islam seakan-akan bukan
sahabat kemanusiaan lagi. Yang ketiga umat Islam cenderung menjadi masyarakat
tertutup. Tiga poin itulah yang penting untuk dicatat agar menjadi bahan
renungan dan introspeksi, menjadi bahan pemikiran yang serius bagaimana umat
Islam dalam meletakkan dirinya pada proporsi dan posisi sebenarnya sehingga
umat Islam bisa hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat.
Keadaan umat Islam dalam aspek
kebudayaannya nampaknya tidak terlalu menggembirakan. Barangkali yang menjadi
pokok adalah umat Islam kurang menaruh respek terhadap terhadap masalah-masalah
kebudayaan. Mereka seakan-akan tidak tahu menahu, acuh tak acuh, apatis, dan
masa bodoh dengan situasi jamannya. Sementara kultur Barat dalam berbagai
bentuknya semakin menyusup di berbagai kalangan. Terutama anak-anak Islam yang
beranggapan bahwa sesuatu yang berasal dari Barat adalah modern dan baik.
Aspek lain yang menjadi penyebab krisis
kebudayaan Islam di Indonesia adalah adanya anggapan yang keliru dikalangan
umat Islam yang mengasosiasikan Islam hanya sebagai ibadat saja. Padahal Islam
tidak saja masalah-masalah peribadatan dalam arti sempit dan formal saja, akan
tetapi disamping itu garapan Islam adalah masalah-masalah keduniaan
(kebudayaan). Dalam kaitannya dengan persoalan yang kita hadapi dewasa ini,
umat Islam harus mampu melancarkan gerakan dan menghidupkan kembali dinamika
kebudayaan dan peradabannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan dan kebudayaan dapat
dipandang sebagai refleksi kehidupan intelektual dan cultural umat dalam
perjalanan misi sejarah yang disandangnya. Oleh karena itu Perguruan Tinggi
Islam dalam melaksanakan pendidikan harus berorientasi pada pengembangan
kreativitas, intelektualitas dan keterampilan yang dilandasi keluhuran moral,
watak dan kepribadian.
Bagi para pengamat masalah kebudayaan di
Indonesia, khususnya dikalangan umat Islam hampir dapat dipastikan mengenal
nama Sidi Gazalba. Salah satu ide pokok yang dianut secara fanatik oleh Gazalba
dan selalu mencuat kepermukaan dalam hamper setiap buku karangannya adalah
bahwa Islam adalah agama dan kebudayaan. Pola pemikiran dan ide Gazalba
tersebut sangat berbahaya dan menyesatkan karena jelas aqidah kita mengatakan
bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu tidak ada bagian-bagian kebudayaan Islam
didalamnya, agama (wahyu) tidak setingkat dengan kebudayaan Islam karena agama
(wahyu) berasal dari Allah sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta dan
karya orang Islam.
Ada gejala bahwa kesenian Islam di
Indonesia akan macet bahkan akan lenyap sama sekali. Nampaknya umat Islam perlu
“dikejutkan” keasadarannya akan arti pentingnya kesenian sebab ancaman terhadap
umat Islam dewasa ini justru dari seni budaya (Barat) yang sekuler. Menyadari
betapa besarnya ancaman ini maka satu-satunya alternatif untuk menjawab dan
melawannya adalah umat Islam harus mampu untuk mengkreatifkan ajaran-ajaran
agamanya secara maksimal dan seluruh gerak kesenian dan kebudayaan Islam modern
yang dapat memenuhi standar kualitas objektif dan tetap berjiwa Islam.
Dunia mode adalah dunia yang gemerlap.
Para perancang mode pakaian selalu cenderung untuk memodernisir potongan
pakaian sesuai dengan para desainaernya dengan pola-pola menarik sesuai
kreativitasnya. Islam sebenarnya tidak menolak mode karena hal tersebut
termasuk urusan duniawi karenanya tidak diterapkan dan tidak ditentukan secara
pasti bagaimana cara mendesainnya. Yang prinsip dari pakaian adalah menutup
aurat. Aurat bagi wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak
tangan sedangkan bagi pria adalah antara pusar dan lutut.
Masalah moral adalah masalah krusial
dalam kehidupan manusia. Moralitas baru tidak didasarkan kepada kepercayaan
tentang Tuhan dan akhirat. Gerakan moral ini lepas sama sekali dari pandangan
keagamaan dan keTuhanan. Sedangkan moralitas Islam bersumber pada wahyu Allah
yang mutlak dan absolut kebenarannya. Apalagi dengan masuknya modernisasi dan
westernisasi. Modernisasi adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh
suatu bangsa untuk menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia. Sedangkan
westernisasi adalah mengadaptasi gaya hidup barat, meniru dan mengambil alih
cara hidup barat. Sebenarnya unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari barat
dapat ditiru, diambil alih, diadaptasi atau dibeli. Akan tetapi pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi barat tidak perlu menyebabkan suatu bangsa
menjadi seperti orang Barat.
Sejarah telah mencatat antara
pertengahan abad 8 hingga permulaan abad 13 masehi umat Islam pernah mencapai
puncak kebesaran dan kejayaan. Seperti pada masa Daulah Islam diTimur (Daulah
Abbasiyah) dan Daulah Islam diBarat (Daulah Umayyah) yang pada saat itu umat
Islam berperan sebagai bangsa kreator, inventor dan innovator besar yang ulung
yang jasa-jasa dan kontribusinya telah dipakai sebagai dasar-dasar kemajuan
yang terjadi diBarat.
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat
menonjol yang menjadi dasar kemajuan Barat diantaranya ilmu kedokteran. Banyak
dokter Islam yang telah menulis buku seperti al-Kindi, ar-Razi dan Ibnu Sina.
Yang kedua dilapangan astronomi dan ilmu pasti. Muncul sarjana Islam
al-Khawarizmi yang memiliki karya-karya yang mempunyai pengaruh besar. Yang
ketiga dilapangan filsafat. Muculah filosof Islam seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu
Khaldun yang memberikan pengaruh pemikiran-pemikitran sarjana Barat.
Kebangkitan intelektual dan kebangunan cultural Barat terjadi setelah
sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak
ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam
kedalam bahasa Eropa.
BAB III
PENUTUP
Dengan menarik pelajaran dan hikmah
kebesaran dan kejayaan kebudayaan Islam pada masa silam itu dengan kesadaran
cultural dan kepercayaan diri yang kuat diharapkan mampu mendorong kekuatan
umat Islam dalam mengikis kemalasan dan mengilhami usaha-usaha dalam berkarya.
Dengan begitu dinamika Islam dalam kebudayaan sebagaimana telah dicapainya pada
masa-masa keemasannya diharapkan bisa tampil kembali dan sekaligus menjadi
tebaga penggerak bagi munculnya kejayaan budaya baru dimasa depan.
3 komentar:
saya Tri Wahyuningtyas/ 09410126 berkomentar.
setelah Saya membaca resensi Anda, sudah nampak urgensi-urgensi dari adanya seni dan budaya yang berimplikasi dengan pendidikan agama. mungkin beberapa tulisan mengenai resensi buku ini menjadikan pemahaman pembaca menjadi meningkat, karena apa yang dituang pada tulisan ini adalah inti dari buku tersebut. namun, saya masih kurang memahami, karena ditulisan ini belum ada kelemahan dan kelebihan dari buku ini, mungkin lain kali perlu ditambahkan, jadi tulisan ini tidak hanya isi buku saja, melainkan ada esensi dari buku ini, sehingga kita mudah mengimplikasikan dengan kehidupan kita sehari-hari.
dwi puji lestari
09410066
pai-c
masyarakat Indonesia perlu disadarkan bahwa seni itu tidak hanya pada tataran ibdah saja, tetapi dapat melingkupi smua aspek kehidupan, dan disinilah tugas kita sbgai seorang pendidik menginternalisasikan semua aspek kehidupan melalui seni,
Dina Munawaroh
09410109
pai-C
Dalam persoalan review hendaknya penulis mampu untuk menelaah hal-hal apa yang penting dalam buku yang di review penulis juga mampu untuk menganalisis dari buku tersebut penulis harus mampumembaca kelebihan, kekurangan dan argumentasi dari penulis pereviw dan di sini saya melihat tidak lengkap di karnakan pereviw hanya meringkas semata.
Posting Komentar