Posted by PAI C UIN SUKA BUDAYA SENI Label:


Nama                          : Taufiq Arif Mulyadi
NIM                            : 09410036

RESENSI BUKU

Judul Buku                : Seni Tauhid: Esensi Dan Ekspresi Estetika Islam
Pengarang                  : Ismail Raji Al-Faruqi
Penerbit                      : Bentang Budaya
Kota Terbit                : Yogyakarta
Tahun Terbit              : 1999
Jumlah Halaman       : xii + 274

Seni, dalam klasifikasi yang banyak diterima adalah salah satu dari dari aspek integral penyusun suatu kebudayaan, disamping sistem religi, sistem pengetahuan, sistem bahasa, sistem ekonomi, sistem teknologi dan sistem sosial. Ia berkembang saling mempengaruhi sacara stimultan dengan keseluruhan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai sebuah kebudayaan yang lengkap, dan bukan hanya sekedar sistem teologi, seperti ungkapan H.A.R Gibb yang banyak dikutip, Islam juga memiliki aspek seni yang berkembang seiring dengan perkembangan ummah. Namun karena kelengahan sejarah, aspek ini terabaikan sehingga pemikiran seni dalam dunia Islam hanya merupakan puing berserakan disela-sela karya pinggiran para pemikir di sana-sini yang muncul secara sporadis. Untuk itu, sembari mencermati alasan-alasan sosiologis kelengahan historis di atas, dalam buku karya Ismail Raji Al-Faruqi ini dapat menjadi langkah awal yang signifikan bagi usaha perumusan dan pengembangan sebuah “seni Islam”.
Buku ini diterjemahkan dari bagian akhir karya monumental Al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam (Peta Kebudayaan Islam), yang secara luas dan mendalam menguraikan peta dunia Islam sebagai sebuah peradaban: esensi ajaran dan manifestasi-manifestasi historisnya. Dalam bagian tentang seni ini, pembahasan dilakukan mulai tahap yang sangat mendasar, yaitu merumuskan tentang apa itu seni Islam. Perumusan yang dilakukan Al-Faruqi dapat dikatakan paling komprehensif yang pernah dilakukan para penulis selama ini, baik Muslim maupun non-Muslim. Terhadap pertanyaan, misalnya,”Bagaimana estetika Islam itu?” Al-Faruqi menjawab,”Pandangan tentang keindahan yang muncul dari pandangan dunia tauhid yang merupakan inti ajaran Islam, yaitu keindahan yang dapat membawa kesadaran penaggap kepada ide transendensi”, dan “Seperti apa seni Islam itu?” Al-Faruqi mengatakan,” Yaitu segala produk historis yang memiliki nilai estetis yang telah dihasilkan oleh orang-orang Muslim, dalam kurun sejarah Islam, berdasarkan pandangan estetika tauhid dan selaras dengan semangat keseluruhan peradaban Islam, dengan enam ciri yang diambilkan dari ideal Al-Qur’an: Abstraksi, Struktur Modular, Kombinasi Suksesif, Repetisi, Dinamis, dan Rumit.”
Klasifikasi Al-Faruqi terhadap produk estetis dunia Islam juga konsisten dengan dasar pandangan tauhid yang ia ajukan dan barangkali juga bisa dianggap orisinil: disamping ‘Seni Sastra’ dan ‘Seni Kaligrafi’ yang sudah banyak diterima sebagai atau bahkan dianggap satu-satunya seni Islam (dijelaskan pada Bab I dan II). Ia juga menyebutkan tentang ‘Seni Dekorasi atau Ornamentasi’ (dijelaskan pada Bab III), stilisasi versi Islam (arabesque) yang tidak hanya dalam seni rupa namun juga musik dan seni suara; ‘Seni Ruang’ (dijelaskan pada Bab IV) yang meliputi arsitektur, pertamanan (hortikultura maupun aquaqultura), tata kota (urban planning) dan tata desa (rural planning); serta ‘Seni Suara’ (Handasah al-Shawt; dijelaskan pada Bab V) yang meliputi tilawah Al-Qur’an, musik hingga berbagai jenis seni pertunjukan (performance art).
Meskipun Al-Faruqi hanya mengadvokasi satu jenis seni tertentu, dan menolak jenis-jenis seni lain yang ada dalam sejarah Islam, namun ia melakukannya dengan fair, yaitu menguraikan seni yang ia tolak tersebut apa adanya tanpa reduksi atau manipulasi. Sehingga, dengan membaca tulisan Al-Faruqi tentang ‘Seni Tauhid’ ini, kita secara langsung juga akan tahu seni-seni lain yang berkembang dalam masyarakat Islam, seperti seni simbolis dari para Sufi dan seni abstrak murni kaum liberalis yang mengadopsi konsep-konsep Barat modern ke dalam seni Islam.
Bukan kebetulan Al-Faruqi menempatkan persoalan seni di bagian akhir bukunya. Secara sosiologis, aspek seni budaya menempati urutan paling belakang dalam realisasinya: manusia baru benar-benar dapat melakukan apresiasi dan bukan produksi estetis secara memadai ketika kebutuhan dasar yang lain telah terpenuhi. Dengan demikian, dalam sekuen temporal, ketika kaum Muslim telah memasuki perkembangan kehidupan yang lebih baik, terutama dalam bidang ekonomi dan pendidikan, sudah saatnya mereka membangun sebuah tradisi estetis yang terstruktur, bukan saja sekedar sebagai hiburan, yang memang tidak terelakkan, melainkan juga unsur yang akan memberikan penyegaran kepada peradaban Islam agar lebih imajinatif dan kreatif.

Kelebihan
Kelebihan buku ini adalah membahas dengan detail mengenai seni dalam Islam yang meliputi seni sastra, kaligrafi, ornamentasi, seni ruang dan seni suara. Semuanya dibahas dengan memberi contoh-contoh yang jelas dan diambil dari berbagai negara-negara muslim diseluruh dunia. Hal ini menjadikan wawasan tentang seni Islam semakin luas dan menambah rasa ingin tahu tentang kesenian Islam diseluruh negara-negara Islam didunia.

Kekurangan
Kekurangan buku ini adalah dalam menyajikan contoh tidak disertai dengan gambar atau karya-karya seni yang sesuai. Alangkah baiknya jika contoh disertai dengan gambar maka akan menambah kejelasan bagi pembacanya.

2 komentar:

  1. PAI C UIN SUKA BUDAYA SENI

    DWI PUJI LESTARI
    09410066
    PAI-C
    1. maksud dari rumit dari keenam ciri itu apa? hal ini menjadi hal yang menarik untuk saya telisik lebih jauh.
    kalau umat Islam mengangap seni itu hal; yang remeh dan tidak perlu diperhatikan maka manusia tidak akan menyukai estetika dalam hidup, smga spirit yang hendak dibawa Al-faruqi ini dapat menyadarkan Umat Islam

  1. tri santoso

    apresiasi seni akan terwujud jika kebutuhan dasar sudah terpenuhi,
    bila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi, maka seni hanya lahir sebagai produk, belum berkembang ke ranah apresiasi

Posting Komentar