ISLAM DAN KEBUDAYAAN JAWA
Posted by
NAMA : DWI PUJI LESTARI
NIM : 09410066
KELAS : PAI C
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : Islam dan Kebudayaan Jawa
Penulis :
H. Abdul Jamil, Abdurrahman Mas`ud, H.
M. Amin Syukur, Anasom, Asmoro Achmadi, H.M. Darori Amin, Djoko Widagdho, Hj.
Ismawati, Hj. Jauharotul Farida, Muhammad Sulthon, Ridin Sofwan, Hj. Suhanjati,
Sudarto, Tafsir.
Editor :
Drs. H.M. Darori, M. A
Kota Terbit :Yogyakarta
Penerbit :
Gama Media
Tahun :
2002
Tebal Buku : 312 hlm+XII ; 14x 20,5 cm
Islam
dan jawa adalah dua entitas yang berbeda. Namun dalam kenyataannya keduanya
dapat berdampingan secara damai (peacefull).
Masuknya Islam ke tanah Jawa terbukti tidak menimbulkan berbagai
ketengangan-ketengangan (tansion)
yang cukup berarti. Bahkan lebih dari itu keduanya saling terbuka untuk
berinteraksi dan berinterelasi pada tataran nilai dan budaya.
Ada
banyak kemungkinan (possibilities)
yang terjadi dalam sebuah mekanisme interelasi. Islam mempengaruhi kebudayaan
Jawa. Islam dipengaruhi kebudayan Jawa ataukah Islam dan Jawa saling mempengaruhi.
Maka sebenarnya yang tengah terjadi adalah Islamisasi
Kultur ataukah Jawanisasi Kultur
Islam.
Masuknya Islam di Jawa sampai
sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang beragam. Ada yang mengatakan Islam
masuk ke Indonesia sebagaimana Islam datang ke Sumatra, yang diyakini abad
pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi (H. Abdul Jamil Abdurahman ddk, 2000:
28). Dalam bentuk artefak kita dapatkan bukti-bukti itu dalam bentuk makam
(batu nisan) yakni ditemukan batu nisan kubur Fatimah Binti Maemun di Lereng
Gresik yang berangka tahun 475 H, banyak ditemukan masjid-masjid di Jawa ,
ragam hias berupa kaligrafi dan stiliran dan mengenai tata kota muncul
kota-kota baru di wilayah pantai dan pedalaman seperti Demak, Cirebon, Banten
Panjang dan Kota Gedhe.
Perlu diketahui bahwa sebelum
agama-agama besar datang ke Indonesia khusunya Jawa, mereka sudah mempunyai
kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi dan mempercayai adanya Tuhan yang
melindungi dan mengayomi mereka. Dan keberagaman ini semakin berkualitas dengan
masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, Katholik dan Protestan
ke Jawa. Namun dalam pengamatan selintas dapat diketahui bahwa dalam
keberagaman rata-rata masyarakat Jawa adalah nominalis dalam artian mereka
tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran agamanya (H. Abdul
Jamil Abdurahman ddk 2000: 85). Karena kurang keseriusan dalam memahami
mengamalkan agamanya, berakibat kepada beberapa hal antara lain mudahnya mereka
tergiur dalam mengadopsi kepercayaan,
ritual dan tradisi dari agama lain, termasuk Islam pra-Hindu-Budha yang
dianggap sesuai dengan alur mereka oleh karena itu meskipun mereka mengaku
sebagai muslim, mereka meletakan kembang setaman dan sesaji lainnya
ditempat-tempat khusus pada malam satu Suro dan mengeramatkan keris serta
benda-benda pusaka lainnya. Selain itu ketika anaknya menghadapi ujian ia
melakukan puasa berupa puasa mutih, ziarah dan nyepi di makam leluhurnya yang dahulu dikenal mempunyai kekuatan linuwih serta tirakat lainnya (H. Abdul
Jamil Abdurahman ddk, 2000: 86).
Menolak semua tradisi dan budaya
jawa pra Islam bagi masyarakat muslim adalah kemustahilan, karena sebagai anggota masyarakat Jawa mereka
terikat dengan norma atau tradisi yang berlaku. Namun menerima tradisi tanpa seleksi
adalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keberagaman yang mengharuskan
seorang rasul atau nabi yang ditugaskan untuk mengajarkan risalah atau ajaran
tertentu yang harus ditaati oleh pengikutnya. Hal ini karena ada adat dan
tradisi yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam (H. Abdul Jamil Abdurahman
ddk, 2000: 113).
Dalam memahami keislaman orang jawa
Mark R. Woodward yang terpenting adalah memahami bagaimana pola hubungan
simbolik antara teks suci dan situasi historis umat Islam. Islam di Jawa lebih merupakan
tradisi yang diejawantahkan dari hubungan teks suci, sunnab rosul dan kondisi
historis. Semua tradisi dalam Islam bagaimanapun merupakan interpretasi teks
dalam lingkup sosio historis tertentu, ini dipandangnya sebagai legitimasi
bahwa budaya jawa yang terbukti merupakan proses ini sah disebut Islam (H.
Abdul Jamil Abdurahman ddk, 2000: 186).
Internalisasi nilai Jawa dan Islam
dalam aspek wayang merupakan salah satu bagian khas dari proses perkembangan
budaya di Jawa (H. Abdul Jamil Abdurahman ddk, 2000: 171). Wayang sebagai titik
temu nilai budaya Jawa dan Islam adalah momentum yang sangat berharga bagi
perkembangan khasanah budaya Jawa (H. Abdul Jamil Abdurahman ddk, 2000: 183).
Nilai budaya Islam yang terdiri dari gagasan dan konsep tentang berbagai hal,
pada umumnya dijadikan pedoman dalam kehidupan penganutnya. Agar dijadikan
pedoman makanya nilainya abstrak itu diwujudkan dalam norma-norma untuk
mengatur tindakan individu di berbagai lapangan. Maka muncul pranata-pranata
bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kesenian, agama dan lain-lain. Pranata itu
dipatuhi oleh penganut norma suatu budaya (H. Abdul Jamil Abdurahman ddk, 2000:
282).
Manusia membutuhkan suatu bentuk
kepercayaan, kepercayaan itulah yang akan melahirkan tata nilai guna menopang
kehidupan budayanya. Bila manusia menganut kepercayaan yang salah maka akan
melahirkan budaya yang berbahaya. Berbahaya bagi dirinya maupun berbahaya bagi
masyarakat. Islam dan tradisi pada masyarakat sangat sulit untuk dibedakan
karena yang terjadi pada masyarakat Jawa khususnya merujuk setiap kehidupannya
kepada suatu tradisi. Budaya dalam masyarakat Jawa ini telah mengakar kuat
dalam masyakat sehingga sulit untuk di rubah. Sehingga tradisi itulah Islam
bagi masyarakat Jawa maka dari itu mereka menaati tradisi secara sepenuh hati
bahkan ketika mereka tidak melakukan tradisi itu mereka meyakini akan menerima
malapetaka. Maka dari itu sikap kita
sebagai muslim yang berada ditanah Jawa adalah menghargai dan menghormati dalam
konteks sosio-historisnya. Sebagai akademisi kita tidak boleh bersikap permissive dan menerima tradisi Jawa
begitu saja sebagai pedoman akan tetapi kita harus mencari dan mempelajari
Islam dari sumber pokok Islam itu sendiri yaitu Al-qur`an dan As-Sunnah. Karena
seesungguhnya Insan kamil adalah manusia yang kreatif dan senantiasa
menghendaki perubahan secara progressive. Dengan demikian keislaman kita akan
tidak jauh beda dengan Islam yang sesungguhnya dikendaki oleh Allah SWT.
Buku ini banyak menghadirkan
berbagai angin segar bagi kajian Islam dan kebudayaan karena menurut saya telah
memuat spirit “rahmatan lil alamin” yang
dibawa oleh para penulis dalam buku ini telah mengambarkan asal usul Islam yang
berada di tanah Jawa beserta kondisi sosio-historis
pada waktu itu hingga ditutup oleh sikap dan solusi yang semestinya di
tampilkan sebagai sosok muslim yang ada di tengah-tengah kekayaan kebudayaan
dalam masrakat jawa yaitu dengan memandang Islam itu secara normative dan
historis. Dengan demikian nilai yang dapat diambil adalah kita tidak boleh
memunafikan bahwa Islam di Indonesia ini merupakan Islam yang memiliki ciri
khas tertentu yaitu Islam yang terbungkus oleh budaya jadi memerangi budaya
secara besar-besaran dan mengatakan budaya itu adalah bit`ah ditengah-tengah kemultikulturan budaya di Indonesia adalah
tindakan yang kurang baik atau tidak manusiawi.
Namun ketoleranan yang ditampilkan
Islam terhadap budaya atau fungsi Islam sebagai agama yang “rahmatan lil alamin” dalam buku ini akan menjadi berbahaya ketika
tidak diringi sikap-sikap yang seharusnya ditawarkan secara lebih jelas dan
bahkan menjadi satu topik pembahasan sendiri dalam buku ini.
Buku ini layak untuk dijadikan
konsumsi bagi para akademisi dan para peneliti yang hendak meneliti masyarakat
Jawa dan Islam sebagai gambaran awal masyarakat Jawa.
2 komentar:
jika dulu sunan kalijaga bisa menciptakan seni wayang sebgai pertemuan antara budaya dan agama islam..sebagai calon seorang guru produk apa yang bisa kita hasilkan sebagai inovasi pertemuan budaya dan agama ditengah-tengah derasnya arus globalisasi dan westernisasi ini..
trisa wulandari..
09410117...
dwi puji lestari
09410066
pai-c
balasan saya adalah:
;globalisasi dan westernisasi memang tidak dapat dihidari yang harus kita lakukan adalah mengangat local wisdom:) sebagai basic dan pengembangan peradapan, seperti negara korea yang berhasil dengan K-POP nya mengebrak pasar perfilman, musik, mereka menyebar demam-demam pada seluruh negara.
Posting Komentar